Network Marketing : Bisnis yang Mulia
Seandainya pada hari ini kita melihat sebuah iklan terpampang di surat kabar, “Tersedia sebuah lowongan untuk jabatan CEO suatu perusahaan yang berkembang pesat.” Apa yang timbul dalam benak kita? Penghasilan yang besar, fasilitas kelas satu, pekerjaan yang mendatangkan gengsi yang tinggi. Tapi ada berapa orang yang memiliki kualifikasi untuk mengisi jabatan tersebut? Berapa besar biaya dan waktu yang telah dikeluarkan seseorang untuk dapat memenuhi tuntutan kriteria dari pemberi kerja tersebut?
Hanya sedikit sekali orang yang memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Jadi apabila kita tidak memenuhi kualifikasi tersebut janganlah mengharapkan iming-iming dari fasilitas yang disediakan oleh perusahaan, karena sudah menjadi hukum alam, “tunjukan prestasi dulu, baru mendapatkan gaji dan tunjangan.”
Bagaimana dengan yang tidak memenuhi kualifikasi di atas? Apakah pintu sudah tertutup?
Melalui bisnis network-marketing, terbuka dengan lebar peluang bagi orang-orang yang tidak memiliki modal dan skill untuk mendapatkan income yang tidak terbatas. Dan melalui bisnis jaringan pula banyak orang yang telah mencapai posisi puncak di bisnis konvensional beralih ke bisnis network-marketing karena bisnis ini telah menyelamatkan mereka dari sakit stress dan sakit jantung, mereka sepertinya telah menemukan hidup baru di bisnis ini. Karena itu dapat dikatakan bahwa bisnis jaringan adalah bisnis yang Mulia.
Tidak seperti bisnis waralaba yang sudah diterima oleh banyak kalangan, walaupun pernah dipermasalahkan pada tahun 1950an dimana Ray Kroc memutuskan untuk membeli hak bisnis waralaba restoran fast food bernama McDonald’s karena dianggap bisnis ini menyalahi hukum. Tapi saat ini McDonald’s telah memiliki lebih dari 20.000 outlet di seluruh dunia.
Industri pemasaran jaringan berawal pada tahun 1940an ketika Nutrilite Products, Inc., meluncurkan produk makanan suplemen dan, sepuluh tahun kemudian, Amway memperkenalkan penjualan produkproduk rumah tangga.
Mengapa orang lebih dapat menerima konsep bisnis waralaba dibandingkan dengan bisnis network-marketing? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
Pertama, banyak orang yang memiliki paradigma berpikir konvensional, sehingga tidak percaya bahwa ada cara yang sedemikian sederhana sehingga orang yang tidak punya modal dan skill dapat memiliki peluang untuk menghasilkan income yang tidak terbatas.
Kedua, orang banyak yang beranggapan bahwa bekerja itu harus memiliki kantor atau toko, sehingga konsep bisnis jaringan dimana pekerjaan dapat dilakukan dirumah dan tidak memerlukan kantor adalah pekerjaan yang rendah.
Ketiga, orang sering melihat banyak network-marketer yang tidak berhasil menjalankan bisnisnya. Hal ini dapat kita analogikan pula dengan banyak restoran ayam goreng yang mengalami kebangkrutan. Yang salah bukanlah industri restoran ayam gorengnya, tetapi pemiliknyalah yang tidak memiliki kemampuan untuk mengelola restoran tersebut.
Keempat, banyak perusahaan network-marketing yang tumbuh bagaikan jamur dan menghilang dalam hitungan bulan. Hal ini tidak dapat disangkal, karena setiap ada usaha yang bagus, maka orang akan latah mengikuti usaha tersebut, hal ini dapat dilihat pada saat masyarakat ramai-ramai ikut-ikutan berinvestasi bisnis kodok lembu, cacing, cabe dan sebagainya. Dan akhirnya hukum seleksi alamlah yang akan berlaku. Yang memiliki kemampuan yang akan bertahan.
Oleh karena itu, bagi yang tertarik untuk bergabung pada industri jaringan, disarankan untuk meneliti dulu dari segala aspek terhadap perusahaan yang akan dipilih tersebut. Bisnis ini akan mendatangkan manfaat yang amat besar kalau kita melakukan hal yang tepat dan benar pada awalnya. Jangan sampai sifat serakah yang berperan sehingga kita akan merugikan banyak orang pada nantinya.
2009/05/11
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment