2021/10/21

TANBIH TQN SURYALAYA ABAH ANOM KH. A. SHOHIBUL WAFA' TAJUL 'ARIFIN

 TANBIH

 

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kejembaran Rahmaniyah. Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita tua atau muda.

Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Alloh Subhanahu Wata'ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian. Pun pula semoga pimpinan negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil, dan makmur dhohir maupun batin. Pun kami tempat orang bertanya tentang Thorekat Qodiriyah Naqsyabandiyah menghaturkan dengan tulus ikhlas.

Wasiat kepada segenap murid-murid, berhati-hatilah dalam segala hal. Jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara. Taatilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikian sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadirat Ilahi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara.

Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan syetan. Waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri kalau-kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita semua.

Lebih baik buktikanlah kebajikan yang timbul dari kesucian :

1.    Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita baik dhohir maupun batin harus kita hormati, begitulah seharusnya, hidup rukun saling harga-menghargai.

 

2.    Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaiknya harus bersikap rendah hati, bergotong-royong dalam melaksanakan perintah agama maupun negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan. Jangan sampai kita terkena Firman-Nya : "Adzabun alim" yang berarti duka nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai akhirat. Badan payah hati susah.

 

3.    Terhadap orang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh. Sebaliknya, harus belas kasihan dengan kesadaran agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya. Mereka harus dituntun, dibimbing dengan nasihat yang lemah lembut yang akan memberikan keinsyafan dalam menginjak jalan kebajikan.

 

4.    Terhadap fakir miskin harus saling berkasih sayang, ramah-tamah, serta bermanis budi. Bersikap murah tangan mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan. Oleh karena itu, janganlah acuh tak acuh, hanya memikirkan diri sendiri yang senang. Mereka jadi fakir miskin bukan kehendak mereka, tetapi kodrat Alloh SWT.

 

Demikianlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun terhadap orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a.s. mengingat ayat 70 surat Isro yang artinya : "Sangat Kami muliakan keturunan Adam dan Kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, dan kami beri mereka rezeki yang ada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya".

Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga-menghargai, jangan timbul kekecewaan mengingat surat Al-Maidah yang artinya : "Hendaklah tolong-menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketakwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya, janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun negara".

Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat surat Al-Kafirun ayat 6, "Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku" . Maksudnya, janganlah terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga-menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.

Cobalah renungkan-pepatah leluhur kita : "Hendaklah kita bersikap budiman, tertib, dan damai. Andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna, karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.

Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan beberapa contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara, yang dahulunya aman dan tentram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduk/penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Alloh, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan, dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri.

Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dhohir maupun batin, dunia maupun akhirat, supaya hati tentram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya Budi Utama Jasmani Sempurna (cageur-bageur).

Tiada lain amalan kita, Thorekat Qodoriyah Naqsyabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebajikan, menjauhi segala kejahatan dhohir-batin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan. Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Amiin.

 

Patapan Suryalaya, 13 Februari 1956

Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan

t.t.d.

 

(KH. A. SHOHIBUL WAFA' TAJUL 'ARIFIN)

0 komentar: